Menikmati Kesejukan Alam di Curug Dago





Air terjun (Sunda: curug) Dago merupakan kawasan wisata yang terletak di Kampung Curug Dago, Desa Ciumbuleuit, Kecamatan Cidadap. Kendati letaknya tersembunyi, Curug Dago bisa dikatakan dekat dengan akses jalan utama (Jln. Ir H Juanda) dan Terminal Dago. Namun kondisinya sangat berbeda jauh dengan Taman Budaya Provinsi Jawa Barat (Dago Tea House) yang selalu ramai didatangi orang. Padahal antara Dago Tea House dan Curug Dago letaknya berdekatan. Curug Dago berada di kawasan Taman Hutan Raya (THR) Ir H Djuanda. Selain Curug Dago, tempat-tempat yang termasuk THR Ir H Djuanda adalah:

- Hutan Dago Pakar
- Gua-gua buatan peninggalan Belanda dan Jepang
- Kolam buatan yang berfungsi sebagai tempat penampungan air dari sungai Cikapundung untuk PLTA
- Curug Omas di Maribaya.

Tinggi air terjun ini tidak setinggi Curug Omas di obyek wisata Maribaya (ketinggian kurang lebih 35 meter). Curug Dago hanya memiliki ketinggian lebih kurang 10 meter. Namun karena terjunan air jatuh ke dalam sebuah rongga yang terbentuk oleh batu-batu besar sehingga suara gemuruh air sangat terdengar jelas dari kejauhan.

Hubuangan Bandung dan Kerajaan Thailand
Curug Dago juga menyimpan jejak sejarah bagi Kerajaan Thailand. Tak jauh dari lokasi air terjun, terdapat dua prasasti batu tulis peninggalan sekitar tahun 1818. Menurut para ahli sejarah, kedua prasasti tersebut konon merupakan peninggalan Raja Rama V (Raja Chulalonkorn) dan Raja Rama VII (Pradjathipok Pharaminthara) yang pernah berkunjung ke Curug Dago.
Di sana terdapat dua prasasti dengan aksara dan bahasa Thai. Pertama kali dipublikasikan pada tahun 1990, kedua prasasti ini bertuliskan CO PO RO serta PO RO RO (raja-raja Thailand, yaitu PYM Raja Chulalonkorn dan PYM Raja Paraminthara). Alfabet yang terdapat pada dua bongkah batu ini adalah Thai, yang berkembang berkat jasa seorang raja Sukhotai, Raam Kham Heng, seperti termuat dalam prasasti berangka tahun 1284 M, yang kemudian diikuti oleh beberapa raja untuk menyederhanakannya.

Menurut S.A. Reitsma dan W.H. Hoogland, kedua batu itu erat kaitannya dengan kunjungan keluarga Kerajaan Siam (Tailand) ke Bandung, yaitu Raja Chulalongkorn serta Pangeran Prajatthipok Paramintara, yang masing-masing merupakan raja ke V dan VII dari Dinasti Chakri. Tujuan penulisan kedua prasasti di Curug Dago yang memuat nama kedua nama raja dan pangeran itu menjadi jelas, yaitu merupakan penghormatan terhadap ke dua tokoh tersebut, lengkap dengan penulisan inisial, angka tahun serta catatan usia kedua tokoh.

Memang ada tradisi yang menyatakan bahwa pada umumnya apabila seseorang raja Thai menemukan tempat panorama yang indah, maka biasanya di tempat tersebut sang raja melakukan semadhi dan kadangkala menuliskan nama atau hal lainnya yang dianggap penting. Sekaligus merupakan kenangan dan pengakuan atas kekeramatan/kesucian tempat tersebut.

Curug Dago:
Dinas Kehutanan (Balai Tahura) Provinsi Jawa Barat
Jln. Komplek Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
[lihat peta lokasi]
No. 99 Dago Pakar
Tlp. (022) 02515895
Fax (022) 2507891

Info lainnya:
- Video di lokasi Curug Dago tonton di sini
- Foto-foto di Curug Dago lihat di sini

-----------

Baca info-info wisatabdg.com lainnya di GOOGLE NEWS