Mengenal Kata Penguat dalam Bahasa Sunda




Kata penguat di sini termasuk dalam kata tugas yang ditambahkan dalam frasa. Contoh dalam kalimat:

Kuring téh meuli baju di Pasar Baru kamari.
(Saya membeli baju di Pasar Baru kemarin). 

Di sana ada kata penguat téh, dimana kehadirannya dalam kalimat tersebut tidak punya makna, hanya menguatkan (panganteb). Kata penguat di sini untuk menguatkan bagian kalimat yang dipentingkan. Kalimat di atas bisa divariasikan bergantung bagian mana yang dingin dikuatkan, misalnya dengan adanya ajuan pertanyaan:

Tanya: "Maneh kamari ka mana?
(Kamu kemarin ke mana?)
Jawab: "Kuring téh meuli baju di Pasar Baru kamari.
(Saya beli baju di Pasar Baru kemarin.)

Tanya: "Maneh kamari meuli baju di mana?
(Kamu kemarin beli baju di mana?)
Jawab: "Kuring meuli baju téh di Pasar Baru kamari."
(Saya beli baju di Pasar Baru kemarin.)

Tanya: "Iraha maneh meuli baju kamari?
(Kapan kamu beli baju kemarin?)
Jawab: "Kuring meuli baju di Pasar Baru téh kamari."
(Saya beli baju di Pasar Baru kemarin.)

Tanya: "Kamari naon nu dipigawe ku manéh?
(Kemarin apa yang kamu lakukan?)
Jawab: "Kamari téh kuring meuli baju di Pasar Baru.
(Kemarin saya beli baju di Pasar Baru.)

Kata lainnya yang digunakan untuk penguat (panganteb) dalam kalimat bahasa Sunda adalah: 
mah, baé,ogé, waé, deuih, kénéh, téa.

Contoh dalam kalimat:
1. Kuring mah moal ulin ka Lémbang da jalanna sok macét.
Artinya: saya tidak akan main ke Lembang, jalannya suka macet.
2. Manéh baé nu datang ka imah urang, nya?
Artinya: Kamu saja yang datang ke rumah saya, ya?
3. Manéh deui bet daék ulin sorangan ka Bandung?
Artinya: Kamu kenapa mau main sendirian ke Bandung?
4. Hampura, urang rék nagih hutang téa.
Artinya: Maaf, saya mau menagih utang.

-------------------------
Artikel lainnya seputar belajar Bahasa Sunda LIHAT DI SINI

-----------

Baca info-info wisatabdg.com lainnya di GOOGLE NEWS