Catatan Wisata Tahun 2015 di Seputaran Bandung




Wisata paling trend di Bandung tahun 2015

Perkembangan dunia wisata di suatu kota setidaknya menjadi cermin akan perkembangan kota tersebut. Sepanjang 2015, wisatabdg.com secara tidak langsung melihat dan mengevaluasi bagaimana perkembangan wisata di seputaran Bandung raya (Kota Bandung, Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, dan Cimahi).

Pengaruh Media Sosial pada Perkembangan Wisata
Trend wisata di seputaran Bandung tak bisa dilepaskan dari berkembangnya dunia teknologi komunikasi. Salah satu yang sangat memberi peran adalah media sosial. Inilah yang kemudian menjadikan kawasan atau objek wisata menjadi cepat tersebar secara viral. Untuk media sosial ini lebih terlihat di Instagram dan Twitter. Para calon wisatawan bisa cepat mencari informasi objek wisata di Bandung dengan melihat trending topic.

Budaya "latah" untuk mendatangi tempat wisata tersebut rupanya cepat menyebar hanya dengan melihat kiriman teman atau melihat di hashtag. Tempat-tempat yang menjadi buruan yang menjadi trending, di antaranya Tebing Keraton, Bukit Moko, Puncak Bintang, Sanghyang Heuleut, Curug Pelangi (Curug Cimahi), Bukit Nini, Situ Cileunca, hingga yang kekinian Rumah Hobbit di Farmhouse, Lembang. Tapi ini bukan berarti tempat lain kurang pengunjung, hanya saja tingkat ekspose di media sosial kalah rating. Objek wisata lain yang trending di musim liburan adalah wisata kolam renang. Mulai bermunculannya waterboom di seputaran Bandung menjadi daya tarik tersendiri untuk wisata musim liburan atau akhir pekan.

Kang Emil dan Wisata Kota Bandung
"Bandung Kota Selfie", julukan ini mungkin lebih tepat bagi dunia wisata di seputaran Bandung, khususnya Kota Bandung. Pergerakan Kota Bandung dalam bidang wisata ini sangat terasa saat pemerintahan Ridwan Kamil. Ada saja hal baru yang kerap diburu untuk jadi topik baru. Hal ini mulai dari pembangunan taman-taman hingga penataan kawasan pusat kota/Alun-alun. Lihat saja kawasan Cikapundung yang kini beralih rupa menjadi pusat ruang publik yang tak pernah sepi dikunjungi, baik wisatawan lokal Bandung maupun dari luar. Alun-Alun sekitarnya (Cikapundung, Braga, Gedung Merdeka, trotoar Jln. Asia Afrika) kini benar-benar jadi landmark Bandung yang menyimpan pesona tersendiri saat wisata ke Bandung.

Para pelancong sepertinya selalu menunggu: "Ada tempat apa lagi di Bandung yang dibikin Kang Emil?".  Lihat saja bagaimana dulu Bandros jadi trending sebagai salah satu ikon wisata Bandung. Terus Taman Alun-Alun yang menjadi ruang massal buat wisata di tengah kota. Tempat terakhir yang diperkirakan jadi trend yakni Teras Cikapundung, Babakan Siliwangi. Sebelumnya, hasil revitalisasi anak Sungai Cikapayang pun menjadi buruan. Dengan aktifnya Kang Emil di media sosial menjadikan ia sebagai Wali Kota sekaligus secara tidak langsung menjadi juru promo. Untuk kawasan Jalan Riau, pusat perbelanjaan Cihampelas, sentra sepatu Cibaduyut masih tetap menjadi agenda kunjungan para wisatawan. Terutama para pelancong darmawisata alias dari sekolahan.

Perkembangan di Tetangga Kota Bandung
Untuk Kabupaten Bandung, rasanya nama Ciwidey masih menjadi tempat favorit. Ciwidey memang mempunyai banyak potensi, dari wisata Kawah Putih, Situ Patengan, Perkebunan Teh Rancabali, pemandian air panas, kuliner, hingga wisata petik strawberry. Untuk Kabupaten sepertinya harus lebih ditingkatkan gebrakannya di media sosial/internet. Untuk bagian ini kebanyakan secara "militan" dilakukan oleh pengelola wisata. Salah satunya Glamping Legok Kondang (Ciwidey Valley Resort) yang kini jadi primadona. Tempat lainnya yakni di Titik Nol Citarum alias di Situ Cisanti.

Keindahan alam memang masih menjadi nilai jual untuk Kab. Bandung. Tempat lainnya yakni Pangalengan. Pangalengan menjadi surga tersembunyi yang bisa lebih maksimal digarap. Nama Perkebunan Teh Malabar dan Situ Cileunca dengan Jembatan Cinta-nya mulai masuk radar para pelancong. Tinggal urusan kuliner atau oleh-oleh bisa lebih digarap. Hanya saja memang, jika dibandingkan dengan Kota Bandung, rasanya Kab. Bandung harus lebih banyak inovasi dan jurus promosi dalam bidang wisata.

Untuk Kab. Bandung Barat masih punya andalan Lembang. Yang menarik adalah jurus yang digunakan oleh Perhutani yakni dengan brand baru Curug Cimahi diganti Curug Pelangi. Dengan adanya penataan, Curug Pelangi menjadi incaran baru para pelancong. Tak ketinggalan nama Sanghyang Heuleut pun menjadi trending topic. Tempat lainnya Stone Garden di Citatah, tapi masalah utamanya adalah akses menuju tempat wisata. Ada lagi potensi objek wisata yang masih terkendala akses yakni Curug Malela.

Tempat lainnya yakni pengelolaan kawasan Maribaya yang dikelola oleh pihak swasta dan diresmikan di penghujung 2015 dengan penataan lebih aduhai. Apakah tempat wisata ini siap merebut pangsa pasar wisatawan Kab. Bandung Barat di tahun 2016 ini? Adapun untuk Floating Market Lembang, De'Ranch, Kampung Gajah Wonderland, Sapu Lidi, Imah Seniman, juga Dusun Bambu masih menjadi primadona.

Adapun untuk Cimahi rasanya masih adem-adem saja. Belum ada gebrakan atau trending baru untuk kawasan wisata di kota ini. Entah di tahun 2016 ini, Cimahi siap memunculkan tempat wisata primadona baru?

Trend Wisata Kuliner
Ini yang menarik, sekarang kecenderungan para pelancong untuk menjajal tempat makan semakin bergairah. Istilahnya, biar tempatnya tersembunyi di gang atau jauh di pusat kota juga akan dicari. Yang penting urusan rasa dan suasana terjamin. Maka, para pelaku usaha yang bisa menangkap peluang ini sebetulnya kesempatan besar. Kini trend bukan hanya tempat makan yang ada di pusat kota. Apalagi jika bisa menyajikan dengan konsep one stop service alias segala ada, dari tempat makan hingga sentra souvenir. Namun yang utama adalah urusan konsep yang lain daripada yang lain. Plus ditunjang dengan fasilitas lainnya, misalnya: tempat makan ramah anak, menyediakan WiFi gratis, atau ada booth khusus buat pengunjung foto-fotoan.

Walaupun tempat sederhana, namun jika konsep tempat, layanan, hingga menu yang beda pasti pada diburu. Apalagi jika menggunakan "jurus" ramah medsos. Kelemahan para pelaku usaha kuliner adalah promo di medsos yang apa adanya. Kerap hanya menyajikan foto belaka tanpa ada keterangan tempat, jam buka, harga menu, dan kontak. Hal ini lebih bagus jika ditunjang dengan adanya media inormasi lain, dari website/blog hingga layanan delivery service (misal dengan Go-Food atau dengan menyediakan layanan antar yang dikelola sendiri).

Urusan testimoni pengunjung pun sangat menunjang kepopuleran tempat kuliner. Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan repost/regram dari para pengunjung yang mengunggah foto di akunnya. Yang menarik lainnya yakni sistem "jemput bola" seperti halnya yang dilakukan oleh komunitas Foodtruck Bandung. Komunitas kuliner berjalan ini kerap hadir di event-event atau tempat-tempat umum. Wisata kuliner lainnya adalah mencuatnya kembali kuliner khas lokal, seperti kue cubit, kicimpring, dan jajanan pasar lainnya. Ya, walaupun kuliner yang sudah berjaya masih tetap menjadi incaran seperti kue Kartika Sari, Brownies Amanda, Batagor Riri, dan sebagainya.

Transportasi dan Wisata 
Bandung dan sekitarnya harus lebih berbenah untuk urusan ini. Kemacetan keluar tol Pasteur; merayapnya kendaraan ke arah Lembang dan Ciwidey; atau urusan banjir tatkala hujan menjadi PR yang harus segera dibenahi. Misalnya untuk keluar tol Pasteur, kenapa wisatawan dari luar kok selalu menjadikan Pasteur sebagai pintu keluar utama? Padahal ada keluar tol Buah Batu, Moh. Toha, Pasirkoja, dan Kopo? Ini dibutuhkan sosialisasi lebih agar kemacetan bisa diurai. Belum lagi jumlah kendaraan tidak sebanding dengan jalur yang ada. Mungkin kendaraan pribadi semakin ke sini semakin banyak dibanding tahun-tahun lalu.

Maka, Bandung pun menjadi menyebalkan tatkala musim liburan panjang. Macet terjadi dimana-mana. Maka untuk urang Bandung, tak sedikit musim liburan yang memilih untuk diam di rumah. Mending berwisatanya saat hari biasa alias bukan saat lalu lintas Bandung dijejali para pendatang. Ya, walaupun sedang ada upaya pembangunan jalan baru (jalan layang) di Bandung. Namun ini, apakah ke depannya menjamin Bandung bebas macet? Hal lainnya, untuk urusan transportasi publik pun harus segera diaplikasikan solusinya. Belum lagi urusan perparkiran dan para pedagang dadakan. Untuk urusan parkir di tempat wisata kadang menjadi sumber keluhan para pelancong. Dimana tarif parkir ada saja yang tiba-tiba melambung dari tarif biasa.

Memang tulisan ini akan sangat panjang jika dibedah satu-satu. Namun, setidaknya kami punya catatan untuk urusan bidang wisata ini yakni:
1. Untuk pihak pemangku kepentingan/pemerintah harus mulai menjalin kerja sama dengan para "aktivis" di internet, baik itu pengelola webs, blog, akun media sosial, atau pengembang aplikasi bidang wisata. Karena bagaimanapun persebaran informasi dan promosi di internet untuk zaman gadget sekarang ini memegang peranan penting bagi perkembangan dunia wisata. Tentunya pula hal lainnya urusan kebijakan dunia wisata, pengelolaaan fasilitas wisata, dan sebagainya menjadi domain pemerintah yang harus dimaksimalkan. 

Selain itu, para pelaku usaha wisata atau kuliner pun bisa lebih dirangkul. Tak jarang para pelaku usaha wisata atau kuliner banyak yang bergerak sendiri alias militan untuk mengembangkan usahanya. Padahal ini jika dirangkul, bisa lebih banyak menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD). Apalagi jika lebih diberi kemudahan dalam segi izin usaha, kredit usaha, atau dibantu promosi.

Urusan lainnya masalah peta yang akan lebih nyaman jika Bandung seperti Yogyakarta dimana setiap jalan ada petunjuk (signage). Dan ini kini sedang digarap oleh Pemkot Bandung. Apakah kota tetangganya juga mau mengikuti jejak Kota Bandung? Papan penunjuk ini walaupun sederhana namun sangat penting bagi mereka yang awam jalan-jalan di Kota Bandung. Ini bisa lebih membantu wisatawan agar tidak nyasab (kesasar). Hal lainnya adalah masalah keamanan dan ketertiban, termasuk urusan kriminalitas yang ada saja kejadian menimpa wisatawan.

2. Untuk para pelaku usaha wisata, kerja sama dengan para pegiat online pun bisa lebih ditingkatkan. Promosi dengan sistem viral terlihat efektif di era digital ini. Jadi, juru media informasi pun sebenarnya untuk saat ini bisa dibantu oleh para pengelola webs, blog, atau para pengelola akun media sosial yang concern pada bidang wisata. Jadi istilahnya mereka adalah mitra corong promosi. Hal ini bisa berupa kerja sama review usaha/produk, undangan event, promosi di media sosial, atau kerja sama lainnya. Inilah konsep mutualisme, dimana media butuh berita dan pelaku usaha butuh promosi.

3. Untuk wisatawan, Bandung memiliki banyak potensi untuk dikunjungi. Jadi, setiap titik di beberapa lokasi di seputaran Bandung sebetulnya bisa dieksplorasi untuk berlibur/wisata di Bandung. Ya, walau memang kendala utama adalah berhubungan dengan minimnya informasi tentang tempat wisata tersebut. Namun untuk sekarang rasanya tempat-tempat "tersembunyi" tersebut sedikit demi sedikit terbuka informasinya. Ini tinggal bagaimana mencari informasi lebih mendalam mengenai tempat-tempat baru di Bandung yang bisa dijajal untuk dikunjungi. Dan yang pasti tempat wisata harus dijaga bersama kenyamanan dan ketertibannya. Jangan sampai buang sampah sembarangan; merusak fasilitas; atau tak peduli sekitar tempat wisata hanya demi foto selfie.

-----------

Baca info-info wisatabdg.com lainnya di GOOGLE NEWS