Nostalgia Geliat Musik di Bandung Era 1990-an




Bandung tahun 1990an

Wabah film Dilan 1990 dengan setting di Kota Bandung memang jadi fenomena tersendiri. Di luar film itu, Bandung era 90an adalah masa dimana era gadget, hoax, atau kondisi lalu lintas di Bandung yang belum macet parah seperti sekarang, menjadi memory tersendiri bagi yang pernah mengalami Bandung masa itu. Apa saja kenangan Bandung tahun 1990an yang bikin romantisme tersendiri? Berikut di antaranya:

1. Radio, MTV Asia, dan event musik
Tak dapat dilepaskan pula peran radio untuk di Bandung sendiri turut meramaikan tersebarnya karya musik era '90an. Mendengarkan radio kala itu menjadi aktivitas rutin kawula muda. Apalagi jalinan interaksi dan pertemanan lebih asyik dengan adanya request lagu dan tentunya kirim-kirim salam via telepon rumah. Para kawula muda rela mantengin radio bahkan bila akhir pekan bisa sampai dini hari.

Di Bandung masa  itu banyak radio yang ngehits di kalangan anak muda seperti radio GMR dengan musik roknya, Ardan, OZ, MGT, Rama, Antassalam, Dahlia, Ganesha, dan lainnya. Waktu itu, stasiun radio dengan dukungan sponsor malah berlomba menggelar event dengan bintang tamu papan atas. Kolaborasi sponsor, anak muda, dan radio terjalin erat kala itu.

Dan tempat favorit untuk menggelar konser musik di Bandung adalah di Lapangan Saparua. Era '90an adalah masa kaum muda Bandung bersatu dalam kebersamaan di konser musik. Hampir setiap minggu, rutin digelar acara musik di luar GOR Saparua. Selain itu, sekolah-sekolah (terutama SMA) di Bandung kala itu berlomba menggelar pentas seni dengan bintang tamu band/penyanyi nasional maupun dari Bandung sendiri.

Dan kehadiran MTV Asia pun menjadi media favorit para remaja waktu itu. Nama VJ MTV seperti Nadya Hutagalung, Jamie Aditya, Mike, Sarah Sechan, Shanty, Alex Abbad, Nirina Zubir, dan lainnya menjadi host musik favorit remaja angkatan '90-an. Dan stasiun TV yang berkolaborasi dengan dengan MTV Asia waktu itu adalah ANTV. MTV Asia pun pernah menggelar acara musik di Bandung dan menghadirkan para VJ idola remaja tersebut. Televisi lainnya pun tak mau ketinggalan membikin program musik sendiri seperti RCTI dengan Delta (Deretan Lagu Terbaik).

2. Geliat musik Indie Bandung
Anak muda Bandung tahun 1990an rasanya belum sah bila belum main band bareng dengan menyewa studio musik. Gelita musik indie di Bandung pun berimbas pada era lahirnya kaos-kaos distro atau clothing. Bahkan, beberapa band yang biasa berlatih di studio-studio tak sedikit yang akhirnya melahirkan album hingga dikenal di kancah nasional, salah satunya album Pesta Alternatif tahun 1996. Album ini diisi oleh penyanyi dan band: Tiwii, The Second, LA Crew, Sigma, Nobra, Insect, Potenzie, dan Blue Candy.  Lalu ada Indie Ten kompilasi dari berbagai band yang dirilis pada tahun 1998. Dalam album ini menjadi debut dari Wong, Caffeine, Cokelat, dan Padi dalam dunia musik di Indonesia.

Satu lagi yang menjadi bagian kejayaan musik era '90-an adalah band indie yang kini melejit namanya. Nama PAS Band, Pure Saturday, dan lainnya adalah contoh era kejayaan musik waktu itu. Sementara untuk genre musik lainnya ada juga musik parodi yang dimotori P Project; musik rap dengan Iwa K; musik rock dengan Sahara, U'camp, Jamrud, dll.

3. Kejayaan toko kaset dan walkman
Bagi Anda yang pernah merasakan atmosfer musik era 1990an, mungkin merasakan bagaimana kualitas dan kuantitas musik pada zaman tersebut dianggap menjadi memori tersendiri. Pada era tersebut, banyak genre dari berbagai penyanyi atau band sehingga tidak ada kejenuhan. Media hiburan utama paling televisi dan radio.

Untuk tempat beli kaset di Bandung sendiri salah satunya yang terkenal di Aquarius Dago. Walaupun waktu itu mulai tren juga penggunaan disc man, namun masih jarang pemakainya. Alat portable paling favorit untuk mendengarkan musik masih didominasi walkman dengan tenaga baterai. Untuk mencari lagu favorit yang variatif yakni di radio dan merekamnya di kaset kosong dengan menggunakan tape recorder.

4. Komunitas musik underground
Contoh komunitas musik Underground yang berada di belakang sebuah pusat perbelanjaan tepatnya di pelataran parkir belakang BIP (di sini di kenal sebagai tempat berkumpulnya muda-mudi yang menyukai jenis-jenis musik keras misalnya punk rock, hard core, dan lain-lain ). Komunitas musik grunge di area Jln. Purnawarman, komunitas Britpop/ Britrock di Dago (di sekitar Taman Flexi sekarang) dan komunitas-komunitas musik lainnya yang memang pada saat itu sedang menjamur komunitas-komunitas ini banyak mencetak band-band yang tidak terhitung banyaknya.

Lalu di ujung timur Kota Bandung adalah salah satu titik penting dalam perkembangan kancah musik bawah tanah Indonesia. Di sana, di Ujungberung, death metal—genre musik bengis memuja riff-riff distorsi galak—berkembang pesat akhir dekade 80-90an, sebelum kemudian menyebar ke seluruh penjuru Indonesia hingga mancanegara. Ujungberung Rebels adalah sebuah komunitas terorganisasi.

Daya eksplorasi kesenian yang tinggi membuat tipikal seniman-seniman muda Ujungberung terbuka terhadap segala pengaruh kesenian. Salah satu yang kemudian berkembang pesat di Ujungberung selain seni tradisional adalah musik rock/metal seperti Jasad. Di sana lahir band Burgerkill, Aftercoma, Siksa Kubur, Beside, Forgotten, dan lainnya.

5. Pentas Iwan Fals di Lapangan Hubdam, Tegallega
Dan salah satu peristiwa penting yang pernah penulis alami adalah konser Iwan Fals di lapangan Hubdam (Perhubungan Kodam) di seberang sebelah timur Lapangan Tegallega pada 14 Januari 1996 yang berakhir ricuh dan menimbulkan kerusuhan. Alasan mengamuknya penonton? Tak terlalu jelas. Sebagian mungkin karena tak bisa masuk  Lokasi yang hanya mampu menampung 25 ribu penonton. Sebagian karena tak bisa  menonton langsung akibat tak punya karcis.

Sebagian karena pertunjukan terlambat 1,5 jam. Sebagian karena pertunjukan berlangsung "hanya" satu jam, dan Iwan menyanyikan "hanya" delapan lagu. Sebagian, mungkin, hanya karena  ingin merusak. Berikut ini berita tentang peristiwa tersebut:

Pertunjukan awalnya memang  berlangsung tertib, meski terlambat cukup lama. "Walau harus menunggu  berlama-lama, kekesalan mereka hanya berhenti di kata-kata," kata Iwan  sebelum pertunjukan.  Namun, begitu pertunjukan usai, pujian Iwan menjadi seperti tak ada artinya.  Ribuan penonton menuju pusat Kota Bandung, dengan berjalan kaki dan  bersepeda motor. Perlahan-lahan situasi menjadi tak terkendali. Toko-toko,  pusat perbelanjaan, mobil, dan motor menjadi sasaran 
pelemparan batu. 

Pertunjukan berakhir pukul 12.30 siang. Teror itu berlangsung sekitar  setengah jam kemudian.  Dari 21 mobil yang menjadi sasaran amarah, di antaranya Suzuki Carry B, tiga  buah mobil Toyota Kijang. Keempat mobil ini pecah kaca depannya. Umumnya  mobil-mobil itu dirusak saat diparkir di sekitar pusat perbelanjaan  Parahyangan Plaza dan Banceuy. Di antara korban terdapat mobil pribadi Kapolda Jabar yang sedang sedang  diparkir. Istri dan anak Kapolda juga menjadi penonton pentas Iwan Fals ini.

Pagelaran musik itu diselenggarakan Primkopad Kodam III bekerjasama dengan  Radio Shinta FM. Acara dimulai pukul 11.30, terlambat sekitar 1,5 jam dari  jadwal semula. Sejak pukul 09.00 penonton mulai berdatangan dan bergerombol  di luar lapangan sepakbola yang dipagar plastik itu. 
Ketegangan mulai terlihat ketika pukul 10.00, penonton dipersilakan masuk.  Ratusan penonton tak berkarcis -- seharga Rp 5 ribu -- yang memaksa masuk  bersitegang dengan para petugas keamanan. 

Kapasitas tempat pertunjukan  mencapai 25 ribu, namun jumlah penonton yang datang mencapai 30 ribu.  Ketegangan sempat mencair begitu pertunjukan satu jam itu berlangsung.  Delapan lagu dibawakan Iwan dan dua pendampingnya. Mengenakan kaos oblong  warna hitam dan celana jeans , Iwan menyihir penonton dengan lagu-lagunya,  antara lain Bongkar , Bento , dan Kemesraan.  Seperti berusaha meredam emosi penonton Iwan bahkan mengakhiri  pertunjukannya dengan sebuah lagu romantis, Kemesraan , yang dinyanyikan  bersama ribuan penonton. 

Tapi kebersamaan itu mulai berubah ketika Iwan ternyata tak bersedia  menambah lagu seperti yang diharapkan penonton. "Mereka berteriak-teriak  agar Iwan Fals menyanyikan beberapa lagu lagi. Namun permintaan itu tak bisa  dipenuhi karena jadwalnya memang padat dan ia harus berangkat ke Surabaya,"  kata seorang panitia. 

Seusai acara, massa yang tak puas itu berjalan ke arah Barat, menuju pusat  kota yang berjarak sekitar 2 Km, lewat Jl. Moh. Toha-Abdul Muis-Dewi Sartika  (Alun-alun). Lalu lintas di Jl Moh. Toha hingga Jl. Dewi Sartika, mengalami  kemacetan akibat arus mereka.  Sejak dari Jl Moh. Toha, massa mulai beringas. Mereka merusak kendaraan yang  melintasi dan diparkir di jalan tersebut.

Toko Dunkin Donats, toko Merlin,  toko optik Modern, Bank BHS, toko pakaian Refa, toko mas Sumatra, pot-pot  bunga di depan pertokoan Yogya Pasar Swalayan di Jl. Kepatihan, Gereja St  Paulus di Jl. Moh. Toha dan Gereja Rohoboth di Jl. Dewi Sartika mengalami  nasib serupa: pintu dan jendela kaca bangunan-bangunan itu pecah karena lemparan batu. 

Untuk mengendalikan situasi, Tim Sispamkot (Sistem Pengamanan Kota) yang  berkekuatan tiga Kompi, masing-masing Satuan Kavaleri, Arhanud, dan Brimob  diterjunkan. Petugas terpaksa mengalihkan arus lalu lintas di beberapa ruas  jalan, di antaranya di Jl. Dewi Sartika, dan Jl. Moh Toha.  Kekacauan baru bisa dikendalikan sekitar pukul 14.00, setelah polisi  menghadang mereka di alun-alun dan memecah arakan massa. 

Lima perusuh lalu diamankan di Polwitabes Bandung. Tak ada korban tewas atau  cedera dilaporkan. Ketua Panitia Pelaksana, Mayor CHB. M, telah diamankan  Kodim 0618/BS. Beberapa panitia juga dimintai keterangan oleh polisi. Salah satu pemuda yang tertangkap basah melempar toko di Banceuy, mengatakan mereka  ikut-ikutan merusak karena kesal akan pendeknya waktu pertunjukan.

---------------
Artikel lainnya seputar Kenangan Bandung Tahun 80-90an LIHAT DI SINI

-----------

Baca info-info wisatabdg.com lainnya di GOOGLE NEWS