Salah satu situs kepurbakalaan di Kota Bandung adalah "Sumur Bandung". Situs Sumur Bandung sendiri berada di Kantor PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten. Sedangkan satu lagi terletak di bawah gedung Miramar (seberang Gedung PLN). Letak kedua sumur ini tak jauh dari Sungai Cikapundung Keberadaaan Sumur Bandung adalah bentuk penghormatan kepada eksistensi wanita dalam konteks setiap pembentukan kawasan baru, maka harus diresmikan oleh ibu nagara. Itulah sebabnya, keberadaan Sumur Bandung selalu dikaitkan dengan nama Nyi Kentring Manik Mayang Sunda, sebagai ibu nagara pada masa itu.
Sumur Bandung dalam perkembangan masyarakat setempat dianggap sebagai sumur keramat. Hal ini karena adanya nilai keramat/nilai sugestif yang berasal dari para leluhurnya, baik dari tokoh sejarah pendirinya maupun nilai-nilai budaya tradisi yang pernah hidup pada masanya, maka wajar kemudian muncul upaya pelestarian nilai-nilai budaya tradisi dan penghormatan kepada tokoh sejarah yang terkandung di dalamnya.
Jika berkunjung ke Gedung PLN persis bersebelahan dengan Sungai Cikapundung, Anda akan melihat situs Sumur Bandung yang berusia ratusan tahun. Air sumur terlihat bersih dan tidak pernah kering. Kondisi sumur dibiarkan seperti aslinya, namun di bagian atasnya diberi cungkup penutup berwarna emas dan sekelilingnya dibatasi tali yang juga berwarna emas. Di bagian depan sumur, terdapat tulisan prasasti.
Di prasasti Sumur Bandung yang berada di Gedung Miramar, tertulis nama Raden Adipati Wiranata Kusumah II dan tanggal 25 Mei 1811. Adanya informasi waktu tersebut berasal dari kisah sejarah ketika waktu itu Bupati Bandung saat itu, Raden Adipati Wiranata Kusumah II menyusuri Sungai Cikapundung untuk mencari tempat yang cocok untuk menjadi pusat kota. Sebelumnya, Ibu kota Kabupaten Bandung di Krapyak (sekarang Dayeuhkolot) dan akan dipindahkan.
Di prasasti Sumur Bandung yang berada di Gedung Miramar, tertulis nama Raden Adipati Wiranata Kusumah II dan tanggal 25 Mei 1811. Adanya informasi waktu tersebut berasal dari kisah sejarah ketika waktu itu Bupati Bandung saat itu, Raden Adipati Wiranata Kusumah II menyusuri Sungai Cikapundung untuk mencari tempat yang cocok untuk menjadi pusat kota. Sebelumnya, Ibu kota Kabupaten Bandung di Krapyak (sekarang Dayeuhkolot) dan akan dipindahkan.
Di pinggir Sungai Cikapundung, Bupati dan rombongan beristirahat. Bupati kemudian menancapkan tongkatnya, tidak jauh dari tempatnya duduk. Ketika lelahnya hilang, Bupati bermaksud melanjutkan perjalanan dan mencabut tongkatnya. Saat tongkat dicabut, keluar air yang sangat jernih dari lubang bekas tongkat. Melihat air yang keluar begitu jernih, Bupati memerintahkan rombongannya membuat lubang untuk menampung air tersebut. Inilah yang kemudian disebut dengan Sumur Bandung.
Nah, wilayah sekitar Sungai Cikapundung, tersebut kemudian dijadikan ibu kota Kabupaten Bandung. Maka, lokasi yang sekarang dikenal dengan Alun-alun Bandung itu kemudian menjadi ibu kota Kabupaten Bandung yang juga disetujua Gubernur Jenderal Mr Herman Willem Deandels. Di Alun-alun ini pula terdapat Pendopo, rumah dinas Walikota Bandung.
Nah, wilayah sekitar Sungai Cikapundung, tersebut kemudian dijadikan ibu kota Kabupaten Bandung. Maka, lokasi yang sekarang dikenal dengan Alun-alun Bandung itu kemudian menjadi ibu kota Kabupaten Bandung yang juga disetujua Gubernur Jenderal Mr Herman Willem Deandels. Di Alun-alun ini pula terdapat Pendopo, rumah dinas Walikota Bandung.
-----------
Baca info-info wisatabdg.com lainnya di GOOGLE NEWS