Jelekong, sebuah kawasan di Kab. Bandung yang terkenal dengan karya kerajinan wayang golek dan seni lukisan. Di tempat ini kita mengenal juga dalang wayang golek terkenal hingga mancanegara, Abah Asep Sunandar Sunarya (alm). Dinasti Asep Sunandar sudah turun temurun tinggal di Jelekong, Baleendah.
Di sana pun kita bisa melihat Pesantren Budaya Giri harja milik keluarga Asep Sunandar. Jika ingin mencapi lokasi ini, Anda bisa keluar dari Tol Buah Batu, belok kanan ke arah Bojongsoang, kemudian di pertigaan ke arah Jembatan Citarum lama dan baru, hingga ke Baleendah, terus beberapa kilometerka arah timur (arah Ciparay).
Di sana pun kita bisa melihat Pesantren Budaya Giri harja milik keluarga Asep Sunandar. Jika ingin mencapi lokasi ini, Anda bisa keluar dari Tol Buah Batu, belok kanan ke arah Bojongsoang, kemudian di pertigaan ke arah Jembatan Citarum lama dan baru, hingga ke Baleendah, terus beberapa kilometerka arah timur (arah Ciparay).
Di sini juga dikenal sebagai penghasil kerajinan lukisan. Anda bisa melihat di Jalan Braga, itulah karya-karya lukisan seniman Jelekong. Adapun tema lukisan biasanya bertemakan panorama pedesaan, pacuan kuda, buah-buahan, kereta kencana, ikan koi, atau adu ayam. Hampir separuh warga Jelekong menghidupi keluarganya dari memasarkan lukisannya. Lukisan karya seniman Jelekong ini bukan hanya diedarkan di Bandung, juga ke luar pulau hingga mancanegara. Harga lukisannya pun terhitung terjangkau.
Sejarah dan Perkembangan Sentra Lukisan Jelekong
Sejarah lukisan di sini berkembang sejak 1960-an. Maka, kegiatan melukis ini kemudian jadi tradisi. Di sinilah ada kolaborasi antara potensi seni dengan industri. Lukisan-lukisan yang di atas kanvas tersebut kebanyakan dibuat secara massal. Perkembangan lukisan di Jelekong tak lepas dari nama Odin Rohidin yang merintis seni lukis di Desa Jelekong. Pa Odin belajar melukis secara otodidak hingga akhirnya ia mendirikan galeri sendiri untuk memajang karyanya. Di galeri inilah, ia bisa menjual beberapa lukisan yang akhirnya bisa menjadi penopang ekonomi keluarganya.
Melihat keberhasilan Pa Odin usaha melukis plus menjualnya, hal ini menarik minat tetangga-tetangganya. Hingga akhirnya mereka pun belajar pada Pa Odin. Untuk mengajari para penduduk yang tertarik belajar melukis, Pa Odin smembuat program/kurikulum belajar melukis kepada warga. Pa Odin mengajari satu per satu warga sampai warga itu benar-benar bisa melukis. Kini 40% dari pelukis itu adalah usia produktif. Para murid Pa Odin tersebut kemudian banyak yang mendirikan galeri-galeri seni sendiri. Beberapa RT yang menjadi pusat aktivitas melukis ada di RT 07, RT 04, dan di RT 08.
Objek pemandangan alam, hewan, dan juga lukisan manusia menjadi ciri khas lukisan made in Jelekong. Maklum saja, karena karakter melukis Pa Odin secara tidak langsung diadopsi oleh para muridnya tersebut. Karena berbekal ilmu melukis otodidak, gaya atau teknik menggambar para pelukis ini juga beragam. Mulai dari teknik pisau palet dan sapuan kuas biasa hingga cokcrok.
Teknik terakhir merupakan cara melukis dengan spon yang muncul akhir 1990-an. Tak hanya disukai perajin, lukisan dengan teknik ini juga mengundang minat pembeli. Bahkan, teknik ini bertahan sampai saat ini. Para pelukis memadukannya dengan teknik pisau palet untuk pemandangan alam. Namun, ada juga sebagian pelukis yang memilih tema pewayangan. Hal ini karena di Jelekong sendiri sangat akrab dengan dunia seni wayang golek.
Melihat keberhasilan Pa Odin usaha melukis plus menjualnya, hal ini menarik minat tetangga-tetangganya. Hingga akhirnya mereka pun belajar pada Pa Odin. Untuk mengajari para penduduk yang tertarik belajar melukis, Pa Odin smembuat program/kurikulum belajar melukis kepada warga. Pa Odin mengajari satu per satu warga sampai warga itu benar-benar bisa melukis. Kini 40% dari pelukis itu adalah usia produktif. Para murid Pa Odin tersebut kemudian banyak yang mendirikan galeri-galeri seni sendiri. Beberapa RT yang menjadi pusat aktivitas melukis ada di RT 07, RT 04, dan di RT 08.
Objek pemandangan alam, hewan, dan juga lukisan manusia menjadi ciri khas lukisan made in Jelekong. Maklum saja, karena karakter melukis Pa Odin secara tidak langsung diadopsi oleh para muridnya tersebut. Karena berbekal ilmu melukis otodidak, gaya atau teknik menggambar para pelukis ini juga beragam. Mulai dari teknik pisau palet dan sapuan kuas biasa hingga cokcrok.
Teknik terakhir merupakan cara melukis dengan spon yang muncul akhir 1990-an. Tak hanya disukai perajin, lukisan dengan teknik ini juga mengundang minat pembeli. Bahkan, teknik ini bertahan sampai saat ini. Para pelukis memadukannya dengan teknik pisau palet untuk pemandangan alam. Namun, ada juga sebagian pelukis yang memilih tema pewayangan. Hal ini karena di Jelekong sendiri sangat akrab dengan dunia seni wayang golek.
Harga dan Penyebaran Lukisan Jelekong
Harga jual lukisan Jelekong bertema pemandangan di atas kanvas berukuran 135 cm x 40 cm berkisar Rp 150.000 hingga mencapai harga Rp 10 juta rupiah. Harga jual itu ditentukan oleh ukuran, penggunaan cat, serta tingkat kesulitan. Namun, secara umum, harga lukisan di Jelekong berkisar Rp 100.000-Rp 15 juta. Di galerinya, Haryono bisa menjual antara 10 hingga 30 buah lukisan setiap bulan.
Karya lukisan warga Desa Jelekong pun sudah menyebar di mana-mana,
seperti Jakarta, Semarang, Bogor, Bali, Malaysia, hingga Arab Saudi.
Beberapa galeri dan gerai penjualan lukisan di Bandung pun menjajakan
lukisan seniman Desa Jelekong. Perjalanan aktivitas ekonomi lukisan tersebut tak selamanya mulus. Misalnya pada 1998, lukisan hasil karya seniman Jelekong mulai kehilangan pasar karena krisis ekonomi yang melanda Indonesia waktu itu. *(A-001)
-----------
Baca info-info wisatabdg.com lainnya di GOOGLE NEWS