Penggunaan gadget di berbagai kalangan, termasuk kalangan anak-anak makin menggurita dan tak bisa dibendung. Kehadiran teknologi di zaman serba internet tersebut membuka batas-batas global yang tak terhalang ruang dan waktu. Dengan mengakses internet melalui gadget, anak-anak bisa dengan mudah bermain aneka games online hingga manteng menonton hiburan di Youtube.
Namun di sisi lain, kondisi ini menciptakan dua sisi yang positif dan negatif. Memang, tak hanya orang dewasa, kalangan remaja bahkan anak-anak yang akrab dengan gadget, mulai dari smartphone, atau tablet membuatnya kecanduan hinga tidak mau lepas darinya. Hal ini tentu bisa berdampak buruk, tidak hanya bagi perilaku tapi juga kesehatannya. Karena gadget bisa menghambat tumbuh kembang otak, mental bahkan fisik anak-anak.
Anak-anak seharusnya aktif bergerak, menjelajahi lingkungan, berinteraksi dengan teman seusianya. Dan jika dia terlalu fokus pada gadget, kemampuan anak untuk bersosialisasi bisa terganggu. Itulah mengapa kecanduan gadget bisa mempengaruhi kesehatan fisik dan mental anak-anak. Dan salah satu solusi untuk membuat anak tidak terjajah dengan gadget yaitu dengan memperkenalkan dan mengajak mereka bermain permainan tradisional.
Manfaat permainan tradisional bagi anak-anak
Permainan tradisional ini memiliki nilai-nilai yang positif pada anak yang memainkannya, di antaranya.
1. Memicu kreativitas anak
Anak bisa belajar untuk menyelesaikan permainan dengan pemikirannya sendiri. Misalnya dalam permainan congklak, bagaimana si anak menerapkan strategi agar biji congklak bisa cepat habis dan lawan bisa kalah.
2. Melatih fisik anak
Hampir semua permainan tradisional menuntut gerakan fisik yang lebih dari sekadar gerakan jari-jari tangan. Permainan petak umpet, misalnya, anak harus berlari untuk mencari tempat persembunyian, atau permainan lompat tali dan tapak gunung di mana anak harus melompat untuk menyelesaikan permainan.
3. Membiasakan anak bermain dalam kelompok
Bila di gadget ada mabar alias main bareng secara virtual, bermain dalam kelompok di permainan tradisional tentunya lebih asyik dimana akan meningkatkan perkembangan emosi dan kemampuan sosial anak. Secara tidak langsung, anak akan belajar cara bergiliran, mengantre, bertoleransi, serta berempati lewat permainan-permainan tradisional.
4. Stimulasi motorik halus
Ini contohnya di permainan bola bekel, anak harus membolak-balik biji bekel hingga semua berada dalam posisi yang sama. Hal ini akan melatih konsentrasi, ketelitian, serta kemampuan motorik halus anak ketika harus satu-persatu membalik biji bekel yang kecil-kecil.
5. Mengasah intuisi
Dalam permainan tradisional, kadang dibutuhkan lebih dari sekadar taktik untuk menyelesaikan permainan. Ketika bermain petak umpet, misalnya, anak harus mengandalkan instingnya untuk mencari tempat persembunyian teman-temannya. Misal dengan memikirkan lokasi favorit temannya, atau menelaah lewat kebiasaan-kebiasaan temannya.
6. Menyatu dengan alam
Misalnya batu untuk permainan tapak gunung, atau karet gelang untuk permainan lompat tali. Kadang, permainan tradisional bahkan tak membutuhkan alat bantu apapun, seperti petak umpet, bentengan, dan sebagainya. Selain mengajarkan anak untuk kreatif memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitarnya, hal ini juga mengajarkan pada anak untuk dekat dengan alam.
7. Membiasakan anak berbuat jujur
Dalam permainan elektronik, tidak akan ada yang memarahi anak ketika ia berbuat curang, misalnya dengan memakai mode cheat. Tapi di permainan tradisional, karena dilakukan beramai-ramai atau secara berkelompok, anak akan mendapat sanksi sosial (dimarahi dan diprotes teman-temannya) jika ia berbuat curang. Hal ini tentu saja secara tidak langsung membuat anak belajar sportif dan menerapkan aturan permainan.
Festival Bandung Ulin 2019
Salah satu upaya yang digagas oleh pihak wisata seni budaya ECO Bambu Cipaku bekerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dengan menggelar event Festival Bandung Ulin (Festival Bandung Bermain). Kegiatan ini pada tahun 2019 digelar untuk kedua kalinya yang diadakan di Stadion Persib Sidolig di Jln. Ahmad Yani, Bandung, pada Rabu (28/09/2019).
Pada kegiatan Festival Bandung Ulin 2019, tercatat sebanyak 7.711 anak yang terdiri dari siswa TK,SD, dan siswa SMP di Kota Bandung mencatatkan rekor bermain permainan tradisional. Rekor ini memperoleh penghargaan dari Original Rekor Indonesia (ORI).
Penghargaan diberikan kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung atas prestasi Penyelenggara Utama Permainan Tradisional Cingciripit, Surser, dan Perepet Jengkol dengan peserta terbanyak di Indonesia.
Pada acara tersebut juga diberikan penghargaan kepada Wali Kota Bandung, Oded M. Danial atas prestasi sebagai Pendukung Utama Permainan Tradisional Cingciripit, Surser, dan Perepet Jengkol dengan peserta terbanyak di Indonesia pada acara Festival Bandung Ulin.
Wisata permainan tradisional di Bandung
Salah satu daya tarik wisata di Bandung adalah bertema edukasi. Banyak tempat wisata di Bandung yang menghadirkan konsep ini. Dari mulai pengenalan hewan-hewan, outbond, museum, pengenalan profesi, dan konsep wisata edukasi lainnya. Adapun untuk wisata permainan tradisional salah satunya dikembangkan oleh ECO Bambu Cipaku yang terletak di kawasan Perumahan Cipaku Indah, Ledeng, Bandung.
Di ECO Bambu Cipaku, anak-anak bisa bermainan aneka permainan tradisional seperti jajangkungan, perepet jengkol, cingciripit, surser, boyboyan, sondah, gobak sodor, dll. Di sini pun, anak-anak bisa belajar bermain angklung hingga belajar memasak menu tradisional, seperti membuat makanan cilok. Sementara untuk mendukung budaya literasi membaca buku, di sini ada Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang menyajikan aneka buku yang menarik dibaca si kecil. Tempat wisata di Bandung Utara ini bisa dikunjungi umum juga rombongan sekolah. Untuk info lebih lanjut bisa menghubungi WhatsApp 0857-9494-6368 (Anita).
-----------
Baca info-info wisatabdg.com lainnya di GOOGLE NEWS