Bandung selama ini mungkin lebih dikenal sebagai surga belanja barang sandang atau kuliner. Namun, Bandung juga menyimpan potensi kerajinan kreatif lain yaitu sentra kerajinan keramik. Anda bisa menemui para perajin keramik di kawasan Kiaracondong, tepatnya di Jln. Kebon Jayanti, dekat Stasiun Kereta Api Kiaracondong.
Sejarah Sentra Keramik Kiaracondong
Jika merunut pada sejarah perkembangan sentra keramik di Kota Bandung dimulai pada zaman kolonial. Sentra keramik mulai berkembang di Bandung sekitar tahun 1920-an. Pada waktu itu, keramik yang dibuat biasanya untuk penunjang bahan bangunan untuk pembangunan di Bandung, seperti pipa, genting, batu bata, dan lainnya. Daerah yang terkenal sebagai penghasil keramik hias pertama di Kota Bandung adalah Kiaracondong.
Sementara perajin yang termasuk perintis industri keramik untuk hiasan di wilayah ini adalah Itong. Itong memulai usahanya pada tahun 1960. Berbekal pengalaman menimba ilmu di Plered, Itong kemudian mengembangkan indutri ini sehingga diikuti oleh keturunannya. Para perajin terbagi di dua wilayah. Kebanyakan mereka ada di Kebon Jayanti, Jalan Stasiun Lama, ada pula yang berada di Jalan Sukapura Gang Salak. Di antara para perajin ada yang fokus pada pembuatan gerabah, ada pula yang membuat stone wear atau semi porselen. Oma Rukman, adalah putra dari Itong, yang mulai terjun sebagai perajin pada tahun 1970.
Ia membuat keramik stoneware yang suhu bakarnya lebih tinggi daripada pembuatan gerabah. Untuk stoneware, ia mengambil tanah dari tanah clay di Sukabumi dan kaolin Bangka Belitung. Pada akhir tahun 1980-an, ketika jumlah perajin di Kiaracondong telah semakin banyak, beberapa diantaranya membuka tempat produksi baru di pinggiran Kota Bandung.
Perajin Kiaracondong dan pecahannya terkenal karena guci hias dengan gaya Cina kuno dengan ukuran besar. Beda dengan gerabah yang campuran dari tanah gunung dan pasir yang kecoklatan, tanah campuran untuk stone wear warnanya putih. Stoneware memang lebih berkelas. Selain itu, tidak monoton karena bisa dilukis dengan motif yang lebih variatif.
Ia membuat keramik stoneware yang suhu bakarnya lebih tinggi daripada pembuatan gerabah. Untuk stoneware, ia mengambil tanah dari tanah clay di Sukabumi dan kaolin Bangka Belitung. Pada akhir tahun 1980-an, ketika jumlah perajin di Kiaracondong telah semakin banyak, beberapa diantaranya membuka tempat produksi baru di pinggiran Kota Bandung.
Perajin Kiaracondong dan pecahannya terkenal karena guci hias dengan gaya Cina kuno dengan ukuran besar. Beda dengan gerabah yang campuran dari tanah gunung dan pasir yang kecoklatan, tanah campuran untuk stone wear warnanya putih. Stoneware memang lebih berkelas. Selain itu, tidak monoton karena bisa dilukis dengan motif yang lebih variatif.
Produksi keramik dari kawasan Kiaracondong ini berupa guci, hiasan piring, stoneware. Dari satu perajin, keramik yang dihasilkan bisa mencapai 300 buah hiasan kecil dan sekitar 25 buah hiasan guci besar per minggu. Keramik dari Kiaracondong ini sudah tersebar dijual ke Kalimantan, Papua, Aceh, hingga diekspor ke Jepang dan kawasan Eropa. Industri keramik di Kiaracondong-Bandung ini mampu menarik para kolektor keramik dari dalam dan luar negeri. Seringkali para kolektor datang untuk berburu keramik. Tidak hanya itu , sebagai objek wisata, tempat ini juga mampu menarik wisatawan domestik hingga mancanegara untuk berkunjung.
Info perajin keramik Kebon Jayanti, Kiara Condong:
Nama Perusahaan: Alif Keramik
Alamat: Jln. Kebon Jayanti No. 125/134 B rt 05/02, Kiara Condong Bandung
Telepon: (022) 70296096
-----------
Baca info-info wisatabdg.com lainnya di GOOGLE NEWS