Mengenal Istilah Kondisi Cuaca dan Alam dalam Bahasa Sunda




Istilah Cuaca dan Musim dalam Bahasa Sunda

Keterkaitan urang Sunda dengan alam menjadi ciri khas tersendiri. Tak terkecuali yang berhubungan dengan kondisi cuaca. Mungkin kita biasa mengenal ada prakiraan cuaca dimana ada penyebutan kondisi cuaca: panas, hujan, berawan, dan sebagainya.  Nah, dalam tutur bahasa Sunda pun kondisi cuaca pun mempunyai istilah-istilah tersendiri bahkan kalau dulu biasa dihubungkan dengan mitos/kepercayaan tertentu.

Misalnya, jika hujan namun disertai panas matahari biasanya ada pelangi. Pelangi tersebut pun dipercaya sebagai tempat turunnya pada bidadari. Namun kini, kepercayaan/mitos tersebut lambat laun mulai pudar. Ada pula kondisi pertanda akan beralihnya musim. Misalnya jika ada suara tonggeret menandakan akan mulai musim kemarau.

Kembali ke bahasan istilah kondisi cuaca dan alam dalam bahasa Sunda, berikut ini beberapa istilah yang kiranya bisa menjadi perbendaharan Anda.

1. Angkeub, menandakan langit yang sangat mendung biasa bercirikan awan kehitaman. Ini menandakan hujan dengan intensitas deras sebentar lagi akan turun. Jika mendung hujan dengan intensitas biasa disebut istilah ceudeum.
2. Panas mentrang, istilah ini menggambarkan kondisi cuaca yang sangat panas dan bikin gerah. Biasanya cahaya matahari langsung menyinari bumi tanpa terhalang awan. Panas ini cocok buat menjemur pakaian atau kasur.
3. Hujan poyan, menggambarkan kondisi hujan turun namun disertai matahari yang bersinar. Biasanya saat hujan poyan ini suka muncul katumbiri (pelangi). Dipercaya hujan ini bisa bikin sakit, makanya anak kecil jangan hujan-hujanan jika ada hujan poyan.
4. Dor dar gelap, ini menandakan hujan deras akan turun yang disertai gelap (kilat/halilintar) dan gemuruh guludug (guntur) dan kadang muncul petir yang menyambar.
5. Katumbiri, atau dalam bahasa Indonesia disebut pelangi/bianglala adalah gejala optik dan meteorologi berupa cahaya beraneka warna saling sejajar yang tampak di langit atau medium lainnya. Biasa terjadi setelah hujan poyan.
6. Bayeungyang, kondisi dimana saat adanya hawa lumayan karena walau langit sudah mendung namun hujan tidak (jadi) turun.
7. Pras pris atau cluk clak, hujan "pembuka" dengan intesitas sangat kecil dan kemudian disusul turun hujan deras atau bisa saja hanya sementara. Sedangkan hujan dengan intensitas biasa dan berlangsung awet (misalnya semalaman) biasa disebut dengan istilah hujan ngecrek.
8. Adapun hujan dengan intensitas sangat kecil (seperti di daerah pegunungan) biasa disebut hujan muruhpuy dan biasanya sangat dingin. Muruhhpuy/ngeprul bisa juga untuk istilah hujan abu vulkanik.
9. Hujan ngagebrét, istilah untuk hujan dengan dan intensitas besar. Hujan ini  biasanya menimbulkan cileuncang atau banjir sementara berupa genangan air yang kemudian akan surut.
10. Caah, istilah untuk banjir. Ada juga istilah caah dengdeng yang berarti banjir bandang.
11. Hujan luluwukan, istilah untuk hujan lokal/sebagian. Misalnya daerah A hujan besar, sementara di dekatnya daerah B malah panas mentrang.
12. Usum ngijih, musim hjan yang terus menerus.
13. Usum halodo atau usum katiga, musim kemarau.
14. Samagaha, artinya gerhana. Ada samagaha panonpoe (matahari) dan samagaha bulan.

-----------

Baca info-info wisatabdg.com lainnya di GOOGLE NEWS