Sebenernya tulisan ini hanya dari respon iseng aja yang dipikir-pikir unik juga. Latar belakangnya, suatu ketika ada teman dari Jakarta curhat ke penulis yang menganggap agak gimana gitu ketika ada temannya dari Bandung yang bilang, "Eh.... kamu udah aku tunggu-tunggu lho dari tadi.". Masalahnya, yang bicara itu beda lawan jenis. Bagi teman yang dari plat B, ketika si teman cewak bilang sapaan dengan "kamu" rasanya ada yang lain.
Semacam keakraban yang lebih, ya kalau bisa dikatakan mendekati panggilan mesra bak sepasang kekasih. Maklum mungkin biasanya kalo di Tanah Betawi kalau percakapan akrab itu cukup pake "lu" dan "gua". Tapi pas di Bandung, rasa sapaan "kamu" dan "saya" itu jadi berubah konteks menjadi keakraban yang melibatkan hati. Padahal, maksud si teman dari Bandung sih biasa-biasa aja.
**
Nah, yang harus digarisbawahi mungkin ini masalah sikon penggunaan bahasa saja. Kalau urang Bandung untuk menyapa orang baru dari luar kota sudah biasa dengan kata sapaan "kamu", "saya", atau "aku". Susah memang cari padanan lain dari kata sapaan urang (saya) ataupun manéh/anjeun (kamu). Paling enak ya pake kata sapaan "kamu".
Kalaupun harus dipaksakan dengan mengikuti gaya bahasa Betawi, lebih garing lagi. Misalnya, "Elu kapan datang dari Jakarta téh?". Penggunaan, "lu" atau "gua" di Bandung sendiri sering dianggap terlalu tinggi (kalau gak mau dibilang polontong atau sok.). Bahkan ada ungkapan di Bandung, "Ari masih kénéh dahar asin jeung jéngkol mah, tong ngomong elu-gua lah!".
Maksudnya, kalo masih makan sama ikan asin dan jengkol mah jangan sok ngomong elu-gua kayak orang Betawi. Ini bukan menafikkan atau menyepelekan bahasa plat B, namun demi menjaga kondusifitas... lebih enakan kalo masih di lembur sorangan mah pake bahasa Sunda aja lah biar keakraban tetap terjalin. Jadi lebih enaknya, bahasa standar-standar aja. Kalaupun enggak digunakan campur kode, misal: "Eh, ari kamu mau berapa lama di Bandung téh? Arék lila moal?"
**
Jadi, buat teman-teman yang dari Jakarta, kalau ada urang Bandung menyapa dengan sapaan "kamu" janganlah cepat ge-er alias gede rasa. Itu bahasa sapaan paling aman yang memang dari dulu digunakan sebagai bahasa standar yang tujuannya biar percakapan tetap nyambung tanpa ada batas pendatang atau tamu alias setata.
Beda lagi kali seiring waktu, teman dari Jakarta belajar bahasa Sunda dan makin mahir. Itu bisa berubah kondisinya dari bahasa yang standar (halus atau standar) hingga kalau makin akrab bisa menjurus ke arah bahasa Sunda kasar. Ingat ya, bahasa Sunda kasar itu tidak serta merta bisa dipraktekan kalo keakraban yang sangat akrab banget belum terjalin chemistry-nya. Ada proses panjang yang berurusan dengan kedekatan, interaksi, dan utamanya kedekatan hati.
-----------
Baca info-info wisatabdg.com lainnya di GOOGLE NEWS