Elang Nuswantara adalah sebuah komunitas penulis pencinta budaya dan alam Indonesia yang beranggotakan para pejuang literasi Nuswantara dari Indonesia timur sampai barat. Berlatar belakang beragam, mulai dari Gen Z, Gen Milenial hingga Gen X. Yang menyatukan para Elang Nuswantara adalah semangat untuk nguri-nguri budaya dan mencintai Nuswantara, menyampaikan pesan-pesan leluhur dengan cara kekinian.
Beragam sambutan dan testimoni penuh spirit dari pihak pemerintah maupun Pegiat Budaya membuka acara, yang bertabur doorprize dan bazar UMKM. Narasumber pengisi acara antara lain Ibu Yuli Maryani (Perpustakaan Nasional RI), Ibu Erwita Dianti (Kemenparekraf/Baparekraf), Ibu Dewi Yulianti (Kemendikbudristek), Ibu Rafita Meri (Balai Pustaka), Bapak Tukul Rameyo Adi (Yayasan Baruna Nusantara), Bapak Hedy Rahadian (Pencinta Budaya dan Sejarah, Pencipta lagu Kesaksian).
Pementasan berupa pembacaan puisi, tari, monolog, teater dan live painting karya Pasukan Elang Nuswantara menyemarakkan suasana. Lagu "Kesaksian" karya Hedy Rahadian sebagai penguat jalan mencintai budaya Nuswantara dilantunkan Trio Elang Nuswantara. Penulis tampil sebagai pengisi acara, panitia, merangkap EO. Selama ini koordinasi hanya lewat dunia maya, dan baru bertemu H-1 sebelum acara. Butuh energi yang tidak sedikit.
Ketiga buku yang diluncurkan memiliki kalimat pamungkas yang sangat berarti sebagai rangkuman seluruh cerita pendek yang terkandung di dalamnya. “Sang Mistikus Kasih” karya 47 Elang Merah menuangkan kalimat sakti semesta tak pernah meminta. Dia akan senantiasa menjaga jika kamu mengasihi dengan hati nurani. Sedangkan “Pesan yang Belum Sampai” karya 18 Elang Putih menayangkan kalimat pemikat semesta mempunyai cara membalas kasih sayang kita kepadanya. Sementara “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa” karya 28 Elang Biru hadir dengan kalimat elok cinta bukan hanya sekadar, namun harus berujar dan berpijar.
Dan yang membanggakan, penulis paling muda ada yang masih duduk di bangku SMP baik di Jawa maupun luar Jawa (NTT). Dukungan pihak sekolah dan dinas terkait sangat nyata terlihat di acara penuh kegembiraan ini. Tirto Adi (Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo), bersama Netti Lastiningsih (Kabid Mutu Pendidikan) serta Suharsono (Kepala Sekolah SMPN 6 Sidoarjo) begitu antusias terbang dari Jawa Timur, turut menghadiri acara. Dikarenakan, ada 6 siswa dari SMPN 6 Kota Petis ini turut menulis dalam buku “Pesan yang Belum Sampai” dan mempersembahkan sebuah tari asli Sidoarjo, Banjar Kemuning.
Semoga tiga buku karya Elang Nuswantara bisa menjadi warna baru di dunia literasi tanah air, utamanya untuk menambah cahaya literasi budaya yang mulai redup karena beragam pengaruh budaya luar NKRI.
Siapa pun bisa bergabung menjadi Elang Nuswantara, asal mau menulis budaya dan alam Indonesia dengan sepenuh rasa. Mau mendengar, melihat, merasakan. Peka dan peduli, itulah penulis sejati. Silakan berkenalan dengan IG @elangnuswantara.
Kirana sebagai pengampu, sangat berharap, dari Elang Nuswantara akan lahir penulis-penulis pencinta kearifan lokal Nuswantara. Mau melahirkan buku solo, baik fiksi maupun non fiksi dengan kemasan bernas, kekinian, dan bermanfaat. Urip urup, pedoman penting seorang pelaku literasi budaya.
Acara dimulai dari pukul 09.00 hingga 14.00 WIB dengan sambutan luar biasa dari para tamu maupun pengunjung yang meramaikan bazar buku dan produk UMKM. Didukung penuh oleh Direktorat Pelindungan Kebudayaan, Ditjen Kebudayaan, juga Fibi Jewelry, Miya'z, Makeupuccino, Stunniverse, Benik (Benang Kain Klub), Gendis Cake, Pocari Sweat, SNRockerZ, Gramedia.
Semoga ini menjadi awal penerbangan Elang Nuswantara yang baik dan bisa menjadi inspirasi para penulis pejuang.
Moto Elang Nuswantara “Menerbangkan karya, membuanakan jiwa dengan berkekasih semesta tanpa ketaksaan”.
Rahayu.
-----------
Baca info-info wisatabdg.com lainnya di GOOGLE NEWS