Pernah kamu menonton film horor ”Pamali”? Film merupakan salah satu film garapan sutradara Bobby Prasetyo, yang bercerita tentang hal-hal tabu yang sudah menyatu dalam budaya masyarakat Sunda sejak dahulu. Dalam film tersebut, tokoh cerita melanggar hal yang dianggap pamali (tabu) oleh penduduk setempat sehingga rumah yang mereka tempati didatangi makhluk halus. Dalam budaya urang Sunda, budaya pamali tergolong ke dalam tradisi lisan (folklor lisan) yang secara turun-temurun dirawat dan dipraktikkan dalam keseharian.
Foto : gpriority.co.id & Edi Warsidi |
Budaya pamali kerap kali dianggap pantangan atau larangan oleh sebagian masyarakatn Sunda. Pamali atau tabu jika tidak diindahkan, hal ini akan mengudang petaka. Dahulu pamali sangat berperan dalam tata kehidupan urang Sunda. Dengan kata lain, Orang-orang tua dahulu di tatar Sunda sering mengajar anak-anak tentang norma, etika, dan pendidikan melalui budaya pamali tersebut.
Di mata leluhur Sunda, nilai tabu dalam budaya pamali terkadang jauh lebih efektif dibandingkan dengan norma hukum atau aturan formal lainnya. Jika ditelisik lebih serius, budaya pamali itu sarat dengan pesan moral yang bermanfaat untuk dipraktikkan. Apa saja budaya pamali yang ditabukan oleh leluhur Sunda, tetapi bermanfaat dalam kehidupan masa kini. Ada ratusan hal tabu yang sering dilisankan oleh leluhur. Berikut contoh ungkapan pamali (tabu).
1. Ulah diuk dina meja, matak loba hutang (Jangan duduk di atas meja menyebabkan orang banyak utang). Pamali ini berhubungan dengan tindakan disiplin dalam diri. Dilarang duduk di atas meja karena meja bukanlah tempat duduk. Andai diduduki, tentu akan rusak. Orang itu akan banyak utang sebab memperbaiki meja dibutuhkan biaya. Jika tidak punya uang, cara untuk memperbaiki meja itu, yakni berutang.
2. Ulah heheotan di imah, matak teu boga uyah (Jangan bersiul di dalam rumah menyebabkan tidak punya garam). Pamali ini berhubungan dengan dengan etika di dalam rumah. Orang akan terganggu dengan bunyi siulan sebab dianggap berisik. Maksud lain dari pamali ini, yakni apabila bersiul itu seperti dianggap penganguran. Akibatnya, tidak punya garam sebab orang pengangguran susah ataut idak punya uang untuk membelinya.
3. Ulah ka cai magrib, matak katerap panyakit (Jangan mandi di waktu magrib menyebabkan sakit). Pamali ini memberikan pesan mandi di waktu Magrib itu tidak baik karena suhunya merupakan peralihan dari siang ke malam. Kebiasaan mandi waktu Magrib membuat seseorang mudah sakit.
4. Ulah nepakan tonggong, matak liar cacing (Jangan menepuk punggung menyebabkan cacingan). Pamali ini memberikan pesan bahaya jika menepuk-nepuk punggung bisa cacingan.
5. Ulah nyengseurikeun nu hitut, matak malarat (Jangan menertawakan/membuat malu orang yang kentut menyebabkan melarat). Pamali ini memberikan pesan bahwa kita dilarang menertawakan/membuat malu orang kentut. Singkatnya, kita tidak boleh menertawakan orang lain.
6. Ulah dahar kakalangkangan, matak begang (Jangan makan ke sana kemari menyebabkan badan kurus). Pamali ini memberikan pesan etika makan. Kita dilarang makan sambil jalan-jalan.
7. Ulah nginum bari nangtung, matak loba teu dihampura (Jangan minum sambil berdiri menyebabkan banyak tidak dimaafkan). Pamali ini memberikan pesan tidak boleh minum sambil berdiri sebab air minum akan tumpah ke mana-mana. Kebiasaan ini memang tidak dianjurkan
8. Ulah ulin sareupna, matak dirawu kalong (Jangan main di waktu Magrib menyebabkan dibawa kelalawar). Pamali ini memberikan pesan waktu maghrib itu bukan saatnya untuk main.
9. Ulah diuk dina lawang panto/bangbarung, matak nongtot jodo (Jangan duduk depan pintu menyebabkan susah jodoh). Pamali ini memberikan pesan etika duduk. Kita dilarang duduk di depan pintu masuk sebab menghalangi jalan orang.
10. Ulah ngadahar nu haseum-haseum nalika panon poe geus surup, matak ditingalkeun maot ku indung (Jangan makan makanan yang asam ketika matahari sudah tenggelam menyebabkan ditinggal mati oleh ibu). Pamali ini memberikan pesan bahwa mengonsumi makanan itu harus memperhatikan waktunya.
Nah, itulah sebagian hal tabu yang sejak dahulu diceritakan dari mulut ke mulut. Walaupun kamu jarang mendengar, tidak ada salahnya menggali kembali pamali yang membudaya di kalangan urang Sunda. Terlepas dari mitos yang melatari pamali tersebut, percaya atau tidak semua budaya pamali itu sedikit atau banyak mengajarkan kita untuk menghormati orang lain, taat aturan, dan menjaga etika dalam kehidupan sehari-hari.
-----------
Baca info-info wisatabdg.com lainnya di GOOGLE NEWS