Keberadaan masjid ini tak lepas dari pindahnya ibu kota Bandung di Dayeuhkolot (Karapyak) ke tempat sekarang. Masyarakat Bandung lebih mengenalnya dengan nama Masjid Agung dan kini bersalin nama menjadi Masjid Raya Bandung. Masjid ini berada di kawasan keramaian Kota Bandung. Maklum saja, di sekeliling masjid ini merupakan pusat ekonomi masyarakat.
Masjid ini berada di Alun-Alun Bandung yang pada zaman kolonial dulu berkonsep macapat, yakni dengan adanya pusat pemerintahan di selatan (pendopo), penjara di utara (Banceuy). Dulu sebelah timur dulu terdapat Bale Bandung, yang sempat digantikan bangunan Gedung Palaguna Nusantara. Namun kini yang kini sudah rata dengan tanah dan dijadikan area parkir sementara.
Sementara sekitar 50 meteran dari Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat ada gang. Di mulut gang itu kompleks makam para leluhur Bandung, salah satunya makam Rd. Wiranatakoesoemah II (Dalem Kaum) Bupati Bandung VI (1794-1829) Pendiri Kota Bandung. Kompleks pemakaman tersebut luasnya terbilang kecil hanya19 X 24 meter dan di sekelilingnya tertutup hiruk pikuk para pedagang.
Pusat Keramaian di Dayeuh Puseur Bandung
Sementara pada momen bulan suci Ramadan, di Masjid Raya Bandung dan sekelilingnya biasa dijadikan arena ngabuburit. Apalagi sekarang pembenahan sudah dilakukan di tempat ini. Titik keramaian ada di Taman Alun-Alun Bandung. Di lapangan rumput sintetis ini, merupakan pusat aktivitas wisata masyarakat yang murah meriah. Belum lagi dengan di kirinya ada Jln. Dalem Kaum yang sudah dibenahi menjadi ruang terbuka untuk pengunjung jalan-jalan.
Tentunya pula di sebelah timur, di dekat Gedung Merdeka kini selalu ramai dengan para pengunjung. Sementara penunjang perekonomian masyarakat pun sangat dekat dengan Masjid Raya Bandung, di kulon ada Pasar Baru, di selatan ada pusat distro Parahyangan Plaza, dan di utara ada kawasan sentra elektronik Jln. ABC, Jln. Cikapundung, dan Jln. Braga.
Saat momen lebaran, spot yang biasa ramai dikunjungi adalah menara Masjid Raya Bandung. Di ketinggian menara ini, pengunjung bisa menikmati panorama Kota Bandung 2016. Selama Ramadan, warga biasa berwisata sambil ngabuburit dengan mengunjungi menara kembar. Apalagi tarif masuk menara terbilang murah, hanya Rp4.000 untuk dewasa dan Rp3.000 untuk anak-anak. Untuk libur Lebaran biasanya hanya naik menjadi Rp5000.
Untuk naik ke atas menara, daya tampung lift hingga 10 orang dan dari lantai dasar sampai ke puncak menara dibutuhkan waktu sekitar satu menitan. Menara yang terlihat sekarang, menurut rancangan awal sebenarnya lebih tinggi. Tinggi menara sekarang 81 meter, sementara dalam rancangan awal setinggi 99 meter (merunut pada jumlah Asmaul Husna). Perubahan tinggi ini disesuaikan dengan keselamatan penerbangan atas masukan dari pengelola Bandara Husein Sastranegara Bandung.
Memotret Bandung dari Ketinggian
Pengunjung yang naik ke atas menara biasanya mengabadikan sekeliling Kota Bandung dimana pandangan sekeliling 360 derajat. Untuk naik ke puncak menara masjid dengan 19 lantai ini. Dari puncak menara, pengunjung bisa melihat bagaimana hamparan bangunan-bangunan yang ada di Bandung. Selain itu, dari sini pun terlihat jelas bagaimana aktivitas pengunjung Taman Alun-alun yang terlihat dari atas sangat kecil.
Pengunjung pun bisa melihat cekungan Bandung yang dibentengi gunung-gunung. Di utara ada Gunung Tangkuban Parahu; di sebelah timur terlihat Gunung Manglayang dan Bukit Tunggul; dan arah selatan berdiri Gunung Malabar dan Gunung Patuha. Nah, jika Anda ingin melihat Bandung lebih jelas dari ketinggian, bisa mencoba naik menara Masjid Raya Bandung ini. Jangan lupa, siapkan kamera dan siap menjepret Bandung dari balik kaca jendela menara ini.
-----------
Baca info-info wisatabdg.com lainnya di GOOGLE NEWS