Mengenal Penerbit dan Percetakan Tempo Doeloe di Kota Bandung





Bandung adalah pusat pendidikan (intelektual) dan juga kreativitas. Indikator ini bisa dilihat dari banyaknya tokoh-tokoh Bandung yang berhasil di bidangnya. Para teknokrat, ilmuwan, hingga seniman banyak yang lahir di Kota Bandung. Untuk urusan akademis, Bandung punya ITB, Unpad, UPI, Unpas, dan perguruan tinggi dengan ragam kajian ilmu. Sebagai kota pendidikan dan intelektual, indikator lainnya adalah banyaknya penerbit dan percetakan di Bandung.

Lihat juga:

Di sini yang dikenal ada penerbit Angkasa, Rosda, Karya Kita, Sarana Pancakarya, Mizan, As-Syamil, dan lain-lain. Jenis buku banyak diterbitkan, dari buku pelajaran hingga buku umum. Begitu pula sebagai sarana marketing, banyak toko buku yang bertebaran di Bandung. Mungkin untuk nama Pasar Palasari sudah akrab di telinga kita. Sekarang, ada juga Pasar Buku Balubur yang dekat dengan Jembatan Layang Pasupati.

Bicara masalah penerbitan, di Bandung sumbernya penerbit dan percetakan. Rata-rata penerbit ditunjang dengan memiliki percetakan sendiri. Percetakan juga ada yang level mesin besar hingga mesin cetak rumahan. Misalnya, kita bisa melihat di sepanjang Jalan Pagarsih yang berjejer jasa percetakan paling terkenal di Bandung. Di sini, konsumennya (khususnya untuk kartu undangan) bukan hanya dari lokal, malah orang Malaysia pun banyak yang pesan di sin.

Adapun penerbit dan percetakan tempo doeloe, di Bandung ada penerbit dan percetakan N.V. Mij vorking (Sumur Bandung sekarang). Penerbit dan percetakan ini didirikan pada 1896. Waktu itu, Bandung juga memilik koran yang pertama dicetak dengan naman Preangerbode. Koran ini terbit perdana pada Seninm 6 Juli 1896. Koran ini redakturnya Tuan J.H.L.E. Meeverden. Adapun uang langganan untuk koran ini adalah  f.2.50 per semester.

Ada juga percetakan lainnya yang terkenal beranama Firma A.C. Nix (berubah mejadi N.V. Masa Baru). Percetakan ini didirikan pada 1901. Lantas, ada juga Visser,de Kleine serta Van Dorp di Jalan Braga. Untuk media cetak lainnya ada juga mingguan De Indische Post dan De School. Adapun untuk media harian ada Kaoem Moeda. Sementara untuk korang tengah bulanan ada Intermediar  yang dicetak oleh Handelsvereeninging te Bandoeng (Sekarang semacam Kamar Dagang dan Industri/Kadin). 

Perkembangan selanjutnya muncul tiga majalah bulanan terbitan Bandung sebelum perang yaitu Majalah Indie. Majalah ini beralamat di Neuw Merdika-Weg No.17 Bandung. Staf redaktur majalah ini adalah Prof.Dr.A.W. Nieuwenhuis, Dr.J.P.B. de Josselin de Jong, M. Joustra, C.Lekkerkerker, seorang Geograf yang lucu namanya. Adapun untuk menikmati majalah ini, uang langganan per tahunnya f.20,-. Di Bandung tempo doeloe muncul juga majalah lainnya yaituu Priangan serta Mooi Bandoeng. Ini adalah bagian organ perkumpulan "Bandoeng Vooruit " (komunitas sektor pariwisata di Bandung). 

Untuk melihat bagaimana geliat dunia pustaka di Bandung kini, Anda bisa menjelajahi penerbit-penerbit buku, seperti Gramedia Bandung, Toga Mas, Pasar Buku Palasari, atau Pasar Balubur. Jika ingin tahu lebih banyak mengenai pergerakan distribusi media cetak di Bandung, silakan kali-kali pada pukul 3 dini hari, Anda berkunjung ke sentra distribusi koran dan majalah di pinggir Sungai Cikapundung (dekat Gedung PLN/Gedung Merdeka).

Anda juga bisa mengunjungi Pameran Buku Bandung yang dilaksanakan rutin setiap tahun oleh Ikapi Jawa Barat di Gedung Landmark Jalan Braga. Masih belum puas? Anda ingin mencari buku bekas? Coba jalan-jalan ke sekitaran Alun-alun Bandung, tepatnya di dekat Terminal Kebon Kalapa atau di di sebelah utara tepatnya di Jalan Cikapundung.

-----------

Baca info-info wisatabdg.com lainnya di GOOGLE NEWS