Tan Deseng, Tubuh Tionghoa, Jiwa Sunda




Sumber :  YT/@NapakJagatPasundanOfficial

Tahukah kamu nama seniman karawitan Sunda Tan Deseng? Pria ini dikenal sebagai maestro karawitan Sunda. ”Walaupun ciri tubuh saya mudah dikenali, bermata sipit, jiwa saya mah Sunda,” ucap Deseng pada penulis saat masih jumeneng.

Deseng ini lahir di kawasan Pasar Baru, tepatnya di Jalan Tamim, Kota Bandung pada 22 Agustus 1942. Dia merupakan putra kelima dari delapan bersaudara, buah cinta dari Tan Tjing Hong (ayah) dan Yo Wan Kie (ibu). 

Dokumentasi : Edi Warsidi

Sebagaimana umumnya orang Tionghoa yang mahir mengelola usaha, ayah Deseng berprofesi sebagai pedagang, tetapi mencintai sekaligus mempraktikkan kecintaan pada seni. Ayah Deseng dikenal sebagai pelukis yang juga mahir bermain instrumen musik. Dari delapan bersaudara, hanya Deseng dan Tan De Tjeng (kakak) yang mewarisi jiwa seni ayahnya.

Sejak usia belia, Deseng diajak ayahnya merantau ke Sumatra Selatan. Di Kota Pempek ini, Deseng membantu ayah berdagang. Di sela-sela menjaga barang dagangan di Palembang, Deseng sering mendengarkan siaran kesenian lewar RRI. Anehnya, hanya musik Sunda yang dia dengar dan nikmati. 

Karena mendengar musik Sunda menjadi hiburan yang rutin dinikmati di sela-sela berdagang, hal ini membuat Deseng rindu tanah kelahiran asalnya, Kota Bandung. Dari kebiasaan menikmati musik Sunda itulah, akhirnya Deseng pulang ke Bandung dan bertekad mendalami karawitan Sunda. Karena bakat, tekun, dan konsisten dalam seni musik tradisional Sunda, nama Deseng makin dikenal.  
 
Dokumentasi : Edi Warsidi


Pada 2008, nama Deseng diabadikan dalam buku Tokoh-Tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia (KPG, 2008), yang disusun Sam Setyautama. Dalam buku itu ditulis bahwa Deseng benar-benar mewarisi kemahiran bermusik dari sang  ayah. Sejak usia lima tahun, Deseng bocah sudah mahir memainkan instrumen lewat harmonika dan seruling. Peran sang kakak, Tan De Tjeng, sangat penting dalam perkembangan kemampuan bermusik Deseng. 

Untuk mengasah keterampilan memainkan alat musik karawitan Sunda, Deseng langsung berguru pada seniman tersohor, seperti Ebar Sobari, Mang Ono, Sutarya, Abah Sunarya, dan Remy Sylado. Sejak itu, totalitas Deseng berkesenian musik Sunda makin mumpuni.

Ketika muda, Deseng aktif  bergabung dengan seniman musik dalam beberapa grup kesenian. Dia juga mendirikan grup seni bernama Bhakti Siliwangi. Beberapa seniman legendaris pernah bermusik dengannya, seperti pesinden Sunda Titin Fatimah. Karena keahlian bermusik Deseng, banyak produser film menggunakan jasanya untuk mengelola aransmen lagu, seperti dalam film ”Si Kabayan”, ”Mat Peci”, ”Dukun Beranak”, dan ”Misteri Jaipong”.

Karena dedikasi yang tinggi pada seni musik (karawitan  Sunda), Deseng  mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Daerah Jawa Barat pada 2004, penerima Piala Metronome dari Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu, dan Penata Musik Rekaman Indonesia (PAPPRI) pada 2007, dan penghargaan dari pemerintah RI pada 2008 serta mendapatkan undangan dari Presiden Megawati dan Presiden Soesilo Bambang Yudoyono ke Istana Negara. Selain itu, pada Juni 2015 lalu, Deseng dipercaya Kemendikbud Republik Indonesia menjadi pengisi program ”Belajar Bersama Maestro”, yang tugasnya membimbing anak-anak berbakat musik modern dan tradisional dari seluruh Indonesia. 

Banyak kalangan menilai bahwa Deseng itu unik. Ketika banyak seniman yang umumnya menyukai budaya asal leluhurnya, misalanya, orang Aceh menyukai Tari Saman  atau orang Bali mencintai Tari Kecak, Deseng yang leluhurnya Tionghoa, jusru lekat dengan budaya Sunda. Walaupun begitu, Deseng juga tidak melupakan tradasi seni leluhurnya. Dia piawai juga memainkan kesenian Tionghoa, termasuk menguasai tata cara penulisan kaligrafi Tionghoa.

Kini nama Tan Deseng ”si Maestro Karawitan Sunda” atau ”si Melodi Setan” tinggal kenangan. Pada 6 November 2022, sekira pukul 13.30 WIB, Deseng meninggal dunia karena usia lanjut (80 tahun) dan sakit di Rumah Sakit Rajawali, Kota Bandung. Semoga semangat dan prestasi Deseng dilanjutkan oleh para muridnya. 



-----------

Baca info-info wisatabdg.com lainnya di GOOGLE NEWS